Jumaat, 16 Julai 2010

5 Perosak Hati



Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula perbuatannya. Maka menjaga hati dari kerusakan adalah niscaya dan wajib. Tentang perusak hati, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lima perkara, 'bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk), angan-angan kosong, bergantung kepada selain Allah, kekenyangan dan banyak tidur.'

1. Bergaul dengan banyak kalangan
Pergaulan adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.

Dalam tataran riel, kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan kehidupannya gara-gara pergaulan. Biasanya out put semacam ini, karena motivasi bergaulnya untuk dunia. Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat, banyak yang menyesal berat karena salah pergaulan. Allah berfirman:

"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata, 'Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku." (Al-Furqan: 27-29).

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf: 67).
"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari Kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat kembalimu adalah Neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong." (Al-Ankabut: 25).

Inilah pergaulan yang didasari oleh kesamaan tujuan duniawi. Mereka saling mencintai dan saling membantu jika ada hasil duniawi yang diingini. Jika telah lenyap kepentingan tersebut, maka pertemanan itu akan melahirkan duka dan penyesalan, cinta berubah menjadi saling membenci dan melaknat.
Karena itu, dalam bergaul, berteman dan berkumpul hendaknya ukuran yang dipakai adalah kebaikan. Lebih tinggi lagi tingkatannya jika motivasi pertemanan itu untuk mendapatkan kecintaan dan ridha Allah.

2. Larut dalam angan-angan kosong
Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang-orang bangkrut. Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang bangkrut. Ombak angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa mempermainkannya. Laksana anjing yang sedang mempermainkan bangkai. Angan-angan kosong adalah kebiasaan orang yang berjiwa kerdil dan rendah.

Masing-masing sesuai dengan yang diangankannya. Ada yang mengangan-kan menjadi raja atau ratu, ada yang ingin keliling dunia, ada yang ingin mendapatkan harta kekayaan melim-pah, atau isteri yang cantik jelita. Tapi itu hanya angan-angan belaka.

Adapun orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia, maka cita-citanya adalah seputar ilmu, iman dan amal shalih yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Dan ini adalah cita-cita terpuji. Adapun angan-angan kosong ia adalah tipu daya belaka. Nabi n memuji orang yang bercita-cita terhadap kebaikan.

3. Bergantung kepada selain Allah
Ini adalah faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya dari bertawakkal dan bergantung kepada selain Allah.

Jika seseorang bertawakkal kepada selain Allah maka Allah akan menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia bergantung kepadanya. Allah akan menghinakannya dan menjadikan perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun dari Allah, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung kepadanya. Allah berfirman, artinya:

"Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak, kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka." (Maryam: 81-82)

"Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka, padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka." (Yasin: 74-75)

Maka orang yang paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah. Ia seperti orang yang berteduh dari panas dan hujan di bawah rumah laba-laba. Dan rumah laba-laba adalah rumah yang paling lemah dan rapuh.

Lebih dari itu, secara umum, asal dan pangkal syirik adalah dibangun di atas ketergantungan kepada selain Allah. Orang yang melakukannya adalah orang hina dan nista. Allah berfirman, artinya: "Janganlah kamu adakan tuhan lain selain Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)." (Al-Isra': 22)

Terkadang keadaan sebagian manusia tertindas tapi terpuji, seperti mereka yang dipaksa dengan kebatilan. Sebagian lagi terkadang tercela tapi menang, seperti mereka yang berkuasa secara batil. Sebagian lagi terpuji dan menang, seperti mereka yang berkuasa dan berada dalam kebenaran. Adapun orang yang bergantung kepada selain Allah (musyrik) maka dia mendapatkan keadaan yang paling buruk dari empat keadaan manusia, yakni tidak terpuji dan tidak ada yang menolong.

4. Makanan
Makanan perusak ada dua macam.

Pertama , merusak karena dzat/materinya, dan ia terbagi menjadi dua macam. Yang diharamkan karena hak Allah, seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam. Kedua, yang diharamkan karena hak hamba, seperti barang curian, rampasan dan sesuatu yang diambil tanpa kerelaan pemiliknya, baik karena paksaan, malu atau takut terhina.

Kedua , merusak karena melampaui ukuran dan takarannya. Seperti berlebihan dalam hal yang halal, kekenyangan kelewat batas. Sebab yang demikian itu membuatnya malas mengerjakan ketaatan, sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk memenuhi hawa nafsunya. Jika telah kekenyangan, maka ia merasa berat dan karenanya ia mudah mengikuti komando setan. Setan masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa mempersempit aliran darah dan menyumbat jalannya setan. Sedangkan kekenyangan memperluas aliran darah dan membuat setan betah tinggal berlama-lama. Barangsiapa banyak makan dan minum, niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi. Dalam sebuah hadits masyhur disebutkan:

"Tidaklah seorang anak Adam memenuhi bejana yang lebih buruk dari memenuhi perutnya (dengan makanan dan minuman). Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan tulang rusuknya. Jika harus dilakukan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya." (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani).

5. Kebanyakan tidur
Banyak tidur mematikan hati, memenatkan badan, menghabiskan waktu dan membuat lupa serta malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang berbahaya dan sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan.

Segera tidur pada malam hari lebih baik dari tidur ketika sudah larut malam. Tidur pada tengah hari (tidur siang) lebih baik daripada tidur di pagi atau sore hari. Bahkan tidur pada sore dan pagi hari lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.

Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara shalat Shubuh dengan terbitnya matahari. Sebab ia adalah waktu yang sangat strategis. Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mau tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan dibagi-bagikannya rizki, saat diberikannya barakah. Maka masa itu adalah masa yang strategis dan sangat menentukan masa-masa setelahnya. Karenanya, tidur pada waktu itu hendaknya karena benar-benar sangat terpaksa.

Secara umum, saat tidur yang paling tepat dan bermanfaat adalah pada pertengahan pertama dari malam, serta pada seperenam bagian akhir malam, atau sekitar delapan jam. Dan itulah tidur yang baik menurut pada dokter. Jika lebih atau kurang daripadanya maka akan berpengaruh pada kebiasaan baiknya. Termasuk tidur yang tidak bermanfaat adalah tidur pada awal malam hari, setelah tenggelamnya matahari. Dan ia termasuk tidur yang dibenci Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam .

(Disadur dari Mufsidaatul Qalbi Al-Khamsah, min kalami Ibni Qayyim Al-Jauziyyah/Abu Okasha Ainul Haris)

Khamis, 8 Julai 2010

ISTIQAMAH DALAM MUJAHADAH


Ramai yang tahu dan mahu melakukan kebaikan. Sayangnya, selalu gagal untuk melaksanakannya. Ramai yang tidak mahu melakukan kejahatan tapi sering terdorong melakukannya. Mengapa?

Kita seolah-olah hilang kuasa untuk mengawal diri kita sendiri. Semacam ada kuasa yang lebih kuat dalam membentuk dan mengendalikan diri kita ini. Ya, kita sebenarnya sentiasa diburu malah dibelenggu oleh dua musuh yang sentiasa mendorong ke arah kejahatan. Musuh itu ialah syaitan dan hawa nafsu.

Bagaimana kita hendak mengalahkan dua musuh ini demi mengembalikan pimpinan diri kepada diri sendiri? Samalah dengan berdepan dengan musuh yang zahir, tidak ada jalan lain melainkan ‘berperang’ dengannya. Cuma berperang dengan musuh batin berbeza dengan musuh zahir, justeru musuh zahir dapat dilihat dan tipu dayanya dapat dinilai dengan akal dan mata. Tegasnya, musuh zahir agak lebih mudah didekati daripada musuh batin.

Perang melawan musuh batin khususnya hawa nafsu dan syaitan ini dinamakan mujahadah. Ia adalah peperangan yang jauh lebih hebat dari peperangan zahir. Mengapa dikatakan demikian?

Ini kerana medan peperangan kedua-dua musuh ini berlaku dalam diri kita. Serangan, tikaman dan ledakannya berlaku dalam diri kita. Walaupun tidak kedengaran dentumannya tetapi bisanya lebih berkesan. Justeru, ramai manusia yang mampu mengalahkan musuh zahir tetapi gagal mengalahkan hawa nafsunya sendiri.

Rasulullah S.A.W pernah bersabda yang maksudnya, mereka yang gagah bukanlah mereka yang dapat mengalahkan musuh zahirnya, tetapi adalah mereka yang dapat mengawal kemarahannya.

Namun bukan mudah mengawal kemarahan justeru kemarahan adalah sifat buruk yang didalangi syaitan. Syaitan adalah makhluk yang paling derhaka dan paling banyak menipu daya manusia. Bahkan sangat sedikit manusia yang berjaya mengatasi tipu dayanya. Dalam Al-Quran Allah menjamin orang yang tidak dapat ditipu daya oleh syaitan ialah mereka yang ikhlas.

Begitu juga dengan hawa nafsu, bukan mudah hendak dilawan kehendak dan hasutannya. Ini kerana nafsu itu adalah sebahagian daripada diri kita sendiri. Bermujahadah melawan nafsu bererti berperang dengan diri kita sendiri. Apa yang di sukai oleh hawa nafsu akan disukai oleh diri kita sendiri. Hanya dengan ilmu yang tepat sahaja kita dapat menilai apakah kehendak itu baik atau jahat. Namun setakat tahu buruk atau baiknya belum cukup untuk kita mampu melaksanakan atau meninggalkan. Kita perlu bermujahadah dan terus bermujahadah. Ramai manusia yang tahu tapi tidak mahu. Dan ramai juga manusia yang mahu tapi tidak mampu.

Syaitan tidak pernah tidur. Begitu juga nafsu, musuh yang tidak pernah tahu erti lesu. Sedikit sahaja kita terleka, pasti kita di tipu dan dihasutnya. Bukankah manusia sebaik Nabi Adam pun boleh ditipu oleh iblis hingga terkeluar dari syurga? Oleh kerana kedua-dua musuh itu tidak pernah berehat dari menyerang kita, maka kita sewajarnya tidak berehat untuk mempertahankan diri. Bermujahadah tidak boleh bermusim atau mengikut ‘mood’. Ia adalah satu perjuangan yang tidak henti-henti hinggal malaikat maut mencabut nyawa kita. Malah, hingga ke saat nyawa kita hendak bercerai dari jasad pun, syaitan terus berusaha menipu daya kita. Bahkan pada saat itu, tipu dayanya lebih dahsyat kerana itulah peluang terakhir untuk menyesatkan manusia agar mati dalam keadaan tidak beriman. Setiap dosa yang kita buat kerana termakan hasutan syaitan adalah umpama titik hitam pada hati. Makin banyak kita berdosa, makin gelaplah hati. Bayangkan kalau kita bermujahadah sekali sekala&ldots;. ia umpama mencuci pakaian yang sangat kotor sekali sekala. Sudahlah jarang di cuci, kotoran yang terpalit makin banyak hari demi hari. Begitulah hati, jika malas ‘dibasuh’ dengan mujahadah, maka akan bertambah kotorlah ia hingga payah hendak dibersihkan lagi.

Oleh itu, satu prinsip asas dalam bermujahadah ialah istiqamah. Yakni konsisten, terus menerus dan berkesinambungan dalam ‘peperangan’ dengan syaitan dan hawa nafsu. Jika kita hanya bermujahadah tapi tidak istiqamah, maka mujahadah itu tidak akan memberi kesan.

Istiqamah adalah sifat terpuji sama seperti mujahadah. Malah kedua-duanya merupakan gandingan mantap dalam setiap diri yang ingin menuju Allah.

Istiqamah dari segi bahasa adalah tegak lurus. Yakni berdiri teguh di jalan yang lurus, berpegang pada akidah yang tepat dan melaksanakan syariat dengan tekun serta berakhlak baik secara konsisiten.

Firman Allah : " Oleh yang demikian, maka ajaklah mereka dan berdirilah dengan lurus sebagaimana engkau di perintahkan, dan janganlah engkau turutkan kehendak nafsu mereka." (As-Syura :15)

Untuk beristiqamah dalam mujahadah, kita perlukan keteguhan keyakinan (iman), penjagaan lisan dan kawalan tindakan. Ingatlah, syaitan yang kita hadapi adalah makhluk kreatif yang sangat komited dengan azamnya untuk menyesatkan manusia. Hanya senjata mujahadah dan perisai istiqamah mampu berdepan dengan mereka.

Dipetik dari lelaman Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM). http://www.pkpim.com/risalah/ristar010.htm

Khamis, 24 Jun 2010

Pemuda Islam Mesti Baca: Wasiat Asy-Syahid Asy-Syeikh Abdullah Azzam (Ulama Jihad)

Di bawah adalah wasiat As-Syahid Dr. Abdullah Azzam. Kata-kata as-syahid bukan datang dari teori atau falsafah yang dipelajari dari mana-mana universiti atau pondok tetapi hasil pengalaman dan pengamalan beliau di medan jihad.

Beliau terkenal dengan pengorbanannya di bumi Afghanistan menentang penjajahan Russia bersama-sama pejuang Mujahideen. Walaupun beliau mempunyai PhD dan pernah menjadi pensyarah, beliau meninggalkan segala-galanya untuk menyahut seruan Allah dan syurga yang menanti. Benarlah pendapat Sa’id Hawwa, jika ada rukun Islam keenam, jihad adalah yang paling layak menduduki tempat itu.

Majalah barat yang masyhur, TIME, ketika ditanya pandangan mereka terhadap tokoh terkemuka Islam ini, memberikan jawapan seperti berikut:

“Dialah yang bertanggung jawab membangkitkan kembali Jihad di abad 20 ini”.

Wasiat Asy-Syahid
1. Wahai Para Da’i Islam!
Carilah kematian niscaya anda akan dikurniai kehidupan. Janganlah kamu semua sampai tertipu oleh angan-angan kalian. Janganlah kalian sampai tertipu oleh buku-buku yang anda baca dan amalan-amalan sunnah yang anda lakukan sehingga anda melupakan kewajiban2 besar.

2.Wahai Para Ulama Islam!
Majulah kalian untuk memimpin generasi yang ingin kembali kepada Rabb-nya ini. Janganlah kalian cenderung kepada kehidupan dunia.

3.Wahai Kaum Muslimin!
Telah lama kalian tidur nyenyak, sehingga kerosakan bermaharajalela di negeri kalian.

4.Wahai Kaum Wanita!
Jauhilah kehidupan mewah dan megah kerana kemewahan itu musuh jihad, disamping akan merosak jiwa manusia. Hindarilah barang-barang yang tidak terlalu penting dan cukupkanlah dengan keperluan2 asas.
Binalah anak-anak kalian untuk menjadi orang yang biasa susah, jantan, berani dan siap sedia berjihad.

Tanamkanlah pada jiwa anak-anak kalian cinta Jihad dan perjuangan. Jadikanlah rumah kamu seperti sarang singa, bukn ladang ayam daging yang diberi makan utuk disembelih para taghut.

Hiduplah dengan penuh prihatin terhadap musibah kaum Muslimin. Biasakanlah paling tidak sehari dalam seminggu hidup menyerupai kehidupan kaum Muhajirin dan Mujahidin yang hanya memakan sekerat roti kering dan beberapa teguk air.

5.Wahai Anak-Anak!
Didiklah diri dengan bunyi ledakan bom, dengungan senjata, naguman jet2 perang dan dentuman kereta kebal. Jauhkanlah diri kalian dari dendangan lagu-lagu dan musik-musik orang-orang pengumbar nafsu. Jauhkanlah punggung kalian dari tilam orang-orang yang hidup bermewah-mewahan.

6.Wahai Ummu Muhammad! (Isteri Abdullah Azzam)
Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan sebanyak-banyaknya atas apa yang telah engkau lakukan kepadaku dan kepada kaum Muslimin.

Engkau telah bersabar hidup bersamaku setelah sekian lama merasakan manis pahitnya kehidupan. Engkau telah memberikan dukungan yang sangat berarti bagiku untuk berjalan di atas perjalanan yang penuh berkah ini dalam berjuang di medan Jihad.

Ke atas bahumulah aku serahkan tanggung jawab keluarga pada tahun 1969, ketika kita baru mempunyai dua anak perempuan dan seorang bayi lelaki. Engkau hidup dalam sebuah kamar kecil yang terbuat dari tanah liat, tanpa dapur dan alat pemanas (untuk menghadapi musim dingin).
Kemudian aku serahkan ke atas pundakmu segala urusan rumah tangga ketika beban semakin berat, keluarga semakin bertambah, anak-anak bertambah besar dan tamu-tamu bertambah banyak, tetapi engkau tetap tabah menghadapi semuanya.

Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan sebanyak-banyaknya atas apa yang telah engkau lakukan untukku.

Sesungguhnya kehidupan jihad adalah kehidupan yang paling lazat. Kesabaran menghadapi kesulitan lebih manis daripada hidup bergelumang kemewahan dan kemegahan.
Pertahankanlah hidup zuhud niscaya Allah mencintaimu, dan janganlah engkau menginginkan apa yang ada di tangan orang lain, nescaya mereka akan mencintaimu.

Al-Quran adalah kenikmatan dan teman hidup. Bangun malam, siyam sunnah (puasa sunat) dan istighfar di waktu sahurpagi membuat hati menjadi bersih dan menjadikan engkau merasakan manisnya ibadah.
Bertemanlah dengan wanita-wanita salihah, tidak berambisi (tidak cinta dan rakus) kepada kehidupan dunia dan menjauhi kemewahan dan cinta dunia, akan memberikan ketenangan hati.

Semoga Allah mempertemukan dan menghimpun kita di Syurga Firdaus, sebagaimana Allah menghimpun kita di dunia.

7.Wahai Kalian Anak-Anakku!
Sesungguhnya kalian tidak mendapatkan perhatianku kecuali sedikit. Kalian tidak memperoleh pembinaan dariku kecuali sedikit. Ya, aku tidak memberikan perhatian kepada kalian.

Tetapi apa yang dapat aku lakukan sementara malapetaka terhadap kaum Muslimin membuat orang hamil melahirkan kandungannya dan musibah yang menimpa Umat Islam membuat rambut bayi-bayi beruban.
Demi Allah, aku tidak kuasa hidup tenang sementara api malapetaka membakar hati kaum Muslimin.

Aku tidak rela hidup di tengah-tengah kalian menikmati hidangan-hidangan lazat. Demi Allah, sejak dulu aku membenci kemewahan, baik dalam pakaian, makanan ataupun tempat tinggal. Aku berusaha mengangkat kalian ke tingkat orang-orang zuhud dan aku jauhkan kalian dari lumpur kemewahan.

Aku wasiatkan kepada kalian agar berpegang teguh kepada Aqidah Salaf (Ahlus Sunnah wal-Jama’ah) .
Jauhkanlah diri kalian dari sikap berlebih-lebihan. Baca dan hafazlah Al-Quran.
Jagalah lisan, bangunlah malam, lakukanlah puasa sunnah, bergaullah dengan orang-orang baik, aktiflah bersama gerakan Islam.

Aku wasiatkan kepada kalian wahai anak-anakku agar kalian ta’at pada ibu kalian dan menghormati saudara-saudara perempuan kalian (Ummul Hasan dan Ummul Yahya). Carilah ilmu syari`ah yang bermanfaat. Ta’atilah saudara kalian yang terbesar (Muhammad) dan hormatilah dia.

Aku wasiatkan kalian agar saling mencintai sesama kalian. Berbuat baiklah kepada datuk dan nenek kalian (Ummu Faiz dan Ummu Muhammad), kerana keduanyalah, setelah Allah, banyak berjasa baik kepadaku. Sambunglah hubungan keluarga kita dan berbuat baiklah kepada keluarga kita. Penuhilah hak persahabatan kita kepada orang yang bersahabat demi kita.

Maha Suci Engkau Ya Allah, dan Maha Terpuji Engkau. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Engkau. Aku memohon keampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.

Isnin, Asar, 22 Sya’ban 1406H (20 April 1986)
Abdullah Yusuf Azzam

(Wasiat ini ditulis oleh Shaykh Dr Abdullah Azzam semasa jihad Afghanistan melawan Soviet Union masih berlangsung)